Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, June 17, 2010

CARA MENDISIPLINKAN ANAK TANPA KEKERASAN

CARA MENDISIPLINKAN ANAK TANPA KEKERASAN


Data Komnas PA menunjukkan, kekerasan pada anak tidak mengenal strata sosial. Di kalangan menengah ke bawah, kekerasan pada anak dipicu oleh faktor ekonomi. Di kalangan menengah ke atas dipicu oleh ambisi orangtua untuk menjadikan anaknya yang terbaik. Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari.

Memang benar. Disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang. Karena itu mendisplinkan anak sejak dini merupakan pilihan tepat dalam menunjang keberhasilan orang tua mendidik anak. Lalu, bagaimanakah cara mendisiplinkan anak ‘tanpa kekerasan’?

Semoga 10 tips di bawah dapat membantu Anda.

1. Disiplinkan Anak dengan Kalimat Halus Tetapi Tegas. Tak sedikit orang tua mudah terpancing emosi dan berteriak kasar saat mendapati anak tidak segera melakukan apa yang diperintahkan. Padahal Anda sudah berkata berkali-kali. Keadaan ini biasa terjadi di pagi hari sekolah. Orang tua disibukkan mengurus anak untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Dari membangunkan, shalat Subuh, mandi, sarapan, hingga berpakaian. Semuanya menjadi rutinitas yang harus dihadapi, kecuali hari libur. Bila Anda kerap mendisiplinkan anak dengan kasar, maka kelelahan fisik dan hati akan terjadi. lama kelamaan Anda pun akan menjadi sosok orang tua yang ‘killer’ di mata anak. Padahal dalam situasi demikian, Anda dapat berlutut agar sama tinggi dengan anak, pegang bahunya, tatap matanya dengan penuh kasih sambil berkata; missal, “Ibu ingin kamu sarapan sebelum berangkat sekolah supaya tidak lapar ketika belajar nanti. Lihat! Ibu sudah bikin nasi goreng enak pake ceplok mata sapi…mooo…!”

2. Pastikan Diri Anda Tenang dan Selalu Menjaga Ketenangan Diri.Bila Anda dalam kondisi marah, gemas, dan ingin mencubit ataupun menjewer…tenangkan diri secepatnya. Tarik nafas dalam-dalam sambil beristighfar. Jika diperlukan, masuklah ke dalam kamar lalu duduk untuk menetralisasi emosi. Jika emosi masih memuncak, berwudlulah. Jika emosi masih tersisa, shalatlah. Insya Allah emosi dan kemarahan Anda surut. Demikianlah Rasulullah mengajarkan ummatnya.

3. Buatlah Peraturan dan Konsistenlah.Akan lebih baik bila setiap orang tua membuat dan memberlakukan peraturan yang jelas dan tegas kepada setiap anak. Dengan begitu, anak akan berlajar disiplin sejak dini. Misal; mandi 2 kali sehari, makan duduk dengan tangan kanan, pulang sekolah ganti seragam dengan pakaian rumah, dll. Setelah Anda membuat peraturan, upayakan untuk selalu konsisten. Sekali saja Anda menunjukkan ketidakkonsistenan, maka anak akan menganggap Anda sebagai orang tua yang mudah berubah (kurang tegas). Hal itu akan menyulitkan Anda sendiri.

4. Ajak Anak untuk Memahami dan Menjalankan Konsekuensi.Pastikan bahwa Anda telah berhasil memberi pemahaman pada anak tentang seluruh aturan yang telah dibuat dan diberlakukan. Jika Anda mendapati anak melanggar peraturan, segeralah koreksi. Beri tahu anak akan kesalahannya. Berikan tugas lain sebagai konsekuensinya. Ajak anak untuk memahami bahwa segala perbuatan yang melanggar aturan, pasti ada konsekuensinya. Namun perlu diingat : jangan memberi konsekuensi dengan hal-hal yang berdampak negatif. Misalnya : saat anak melanggar peraturan, Anda memberi konsekuensi dengan meminta anak membaca buku di kamar. Membaca adalah kegiatan yang baik dan bermanfaat. Bila sampai anak mempunyai persepsi bahwa membaca adalah hukuman, maka bisa jadi anak Anda akan menjadikan membaca sebagai ‘momok’

5. Berikan Anak Pilihan.Anda juga bisa memberi pilihan pada anak sebagai konsekuensi. Misalnya ; saat anak meniup terompet di dalam rumah keras-keras hingga memekakkan telinga. Minta anak memilih : “Sayang, tiupan terompetmu membuat ibu pusing. Bisakah berhenti? Atau kamu bermain di halaman?” Bila anak tetap meniup terompet, gegas gandeng anak menuju halaman dengan lembut dan penuh kasih. Insya Allah, kelembutan dan kasih sayang orang tua akan melembutkan hati anak.

6. Beri Kesempatan Anak Berargumentasi. Jika suatu saat Anda mendapati anak melanggar peraturan, jangan langsung menjadikannya sebagai terdakwa. Cobalah Anda untuk bertanya dan mau mendengar argumentasinya. Sehingga anak benar-benar memahami apapun yang dilakukannya. Kalau ternyata ia tidak mengerti bahwa itu salah, beri tahu kesalahannya. Dengan begitu, Anda telah membangun kepribadian dan logika berpikir anak. Anak akan memahami mana yang baik dan mana yang kurang baik. Mana yang benar dan mana yang salah. Banyak orang tua yang hanya melarang ini itu kepada anak tanpa memberi penjelasan. Sehingga yang anak tahu bahwa ia disalahkan. Namun ia tidak tahu mengapa ia salah dan bagaimana yang benar.

7. Jangan Libatkan Diri untuk Konflik dengan Anak. Tak sedikit orang tua yang mudah terpancing kemarahan karena sikap anak yang melawan, tidak mau dinasihati, marah dan bersikap tidak sopan. Jangan libatkan diri Anda untuk konflik dengan anak. Saat terlihat anak kian tak terkendali, beri dia waktu untuk sendiri. Pergilah ke ruangan lain dengan sebelumnya ucapkan dengan lembut, “Datanglah ke ibu, kalau kamu sudah siap untuk minta maaf atas sikap tidak sopan kamu tadi.” Jangan dekati anak, sebelum ia minta maaf dan menyadari kesalahannya. Dengan begitu, anak akan berpikir, menyadari kesalahannya, dan meminta maaf.

8. Pahami Kegiatan Anak.Kerap orang tua menyuruh anak secara tiba-tiba. Tanpa mau mengerti sedang apakah anak saat itu. Bisa saja anak sedang asyik bermain, membaca atau kegiatan lain. Walhasil, anak akan menolak dan berusaha menunda perintah hingga memancing emosi orang tua. Akan lebih baik, Anda mau sedikit bijaksana. Pahami kegiatan anak seblum Anda menyuruh sesuatu. Misalnya: ketika Anda meminta anak ganti baju seragam. Sementara kelihatan anak sedang asyik bermain ular tangga yang baru dibeli dari sekolah. Ajaklah anak bicara dengan logis. “Sayang, sekarang jam 1 kurang 10 menit. Lima menit lagi ya.” Kalau anak menjawab, “Sebentar dong Bu, lagi asyik nih.” Katakan pada anak, “Oke. Pilih 5 menit atau 10 menit?” Anak memilih, “10 menit, Bu.” Katakan, “Baik. Sekarang ibu mau ke dapur. 10 menit lagi ibu datang ya.”

9. Kenali dan Pahamilah Tahapan Perkembangan Anak yang Benar.. Sebagai orang tua, lazimnya Anda memahami setiap tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya. Sehingga Anda tidak salah dalam menentukan sikap dan peraturan di rumah. Misalnya, Anda bersungut kesal menghadapi anak 3 tahun yang tengah melempari semua benda yang ada di sekelilingnya. Anda langsung memarahi anak sambil mengucap, “Anak nakal!”. Sontak anak merasa terkejut menghadapi kemarahan Anda. Padahal sebenarnya ia sedang bergembira melihat benda-benda yang dilemparnya. Itu terjadi karena ketidaktahuan orang tua terhadap tahapan perkembangan anak. Maka, mulailah untuk terus mengupdate pengetahuan Anda demi keberhasilan dan kebaikan anak dan masa depannya.

10. Lakukan Refreshing untuk diri Anda. Orang tua yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam, akan mudah terpancing emosi dan kemarahannya. Ayah yang harus bekerja di kantor. Juga ibu yang harus mengurus seluruh pekerjaan di rumah. Terlebih tanpa adanya pembantu. Kondisi tersebut menyebabkan ayah dan ibu menjadi lelah fisik dan psikis. Ada baiknya Anda meluangkan waktu untuk refreshing. Misalnya; membaca, olah raga, melukis atau hobi Anda yang lain.

Salam bahagia.

Yth. Bapak Ibu wali murid. Disini saya menyediakan kolom blok yang bisa digunakan oleh bapak ibu sekalian untuk mengkonsultasikan putra-putrinya jika mengalami kesulitan belajar, khususnya pelajaran bahasa Inggris. Disini kita bisa diskusi atau skedar menanyakan perkembangan putra putri Bapak Ibu sekalian

No comments:

Post a Comment