Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, June 24, 2010

MEMBENTENGI MENTAL ANAK DARI SITUS PORNO

INTERNET memang bak pedang bermata dua. Kecanggihan dunia maya ini dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan kehidupan umat manusia. Akan tetapi, internet bisa juga meruntuhkan nilai-nilai dan tingkah laku manusia. Lewat internet manusia dapat berselancar dan memasuki berbagai jenis situs, termasuk situs-situs erotis.

Sisi negatif itulah yang harus diwaspadai terutama generasi muda bangsa ini. Seperti diberitakan beberapa media massa, para ibu begitu cemas mengingat situs-situs erotis telah menjangkiti kalangan pelajar. Bahkan, lebih miris lagi, bocah ingusan yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah kecanduan memelototi situs porno yang menyajikan gambar-gambar panas mendidih. Padahal, dalam usia seperti itu, anak-anak biasanya suka meniru apa yang mereka tonton.

Sementara pornografi yang disuguhkan internet sengaja dirancang guna merangsang birahi. Tidak heran kiranya saat melihat tampilan-tampilan pornografis di layar komputer akan terjadi desakan bagi mereka yang mengonsumsinya untuk segera melakukan aktivitas seksual. Singkat kata, pornografi sangat potensial menjadi pornoaksi dalam berbagai bentuknya, antara lain, pelecehan seksual, pemerkosaan, kekerasan terhadap perempuan, perselingkuhan, hubungan di luar nikah dan sebagainya.

Mengingat begitu mudahnya mengakses situs-situs panas dari internet, maka dapat dipastikan penyimpangan para netter itu, khususnya anak-anak muda, nyaris tak terbendung. Berbagai gagasan agar beberapa provider menutup pintu beberapa situs yang biasa digunakan untuk menyusuri gambar-gambar erotika, namun usaha selalu sia-sia, sebab pintu masuk ke situs-situs panas itu ternyata banyak sekali dan amat mudah dicari.

Maka persoalannya bukan terletak pada banyaknya situs panas itu, tapi sebenarnya tergantung kesadaran masyarakat sendiri. Situs-situs erotis itu muncul ketika banyak orang mencarinya, lantas ada orang lain lagi yang memanfaatkannya demi kepentingan bisnis. Sangat boleh jadi, kalau kita bertekad untuk tidak lagi mengakses situs-situs erotis itu, situs-situs tersebut akan gulung tikar.

Namun, apa mau dikata, saat ini internet berhasil menyihir dunia anak, bahkan telah mengambil-alih keberadaan sekolah dan orangtua. Internet berhasil membangkitkan syahwat kebinatangan secara dini dan memorakporandakan tatanan dalam keluarga. Persis seperti yang pernah diramalkan John Naisbitt dan istrinya, Patricia Aburdene dalam buku Megatrend: Ten New Directions for The 1990, salah satu bentuk perubahan besar di era milenium dan globalisasi adalah berubahnya cara membangun keluarga.

Internet yang tumbuh subur dewasa ini membuat konsumennya, termasuk anak-anak, rela berlama-lama menikmati sihir-nya yang luar biasa. Mereka bersedia menyerahkan sebagian besar waktunya hanyut dalam rimba maya itu. Ironinya, penyerahan waktu ini acap kali justru dipicu orangtua yang memang tidak begitu peduli dengan gelagat anak-anaknya.
Merusak Kesehatan Mental

Selain dapat meruntuhkan moral, para ilmuwan membuktikan buruknya kesehatan mental orang-orang yang acap melakukan kegiatan seksual melalui dunia maya. Hal ini ditegaskan Marcus Squirrell, seorang mahasiswa doktor di Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia dalam peneltiannya yang berjudul Internet sex causes depression (seks internet menyebabkan depresi (kemurungan).
Penelitian Squirrell tersebut melibatkan banyak orang yang melalaikan waktunya berjam-jam untuk memuaskan nafsunya di depan internet. Temuan itu menyebutkan, lebih dari 27% orang penikmat pornografi maya yang diteliti itu mengalami depresi (kemurungan) tingkat menengah hingga tingkat parah. Tiga puluh persen lagi menderita rasa khawatir tingkat tinggi, sedangkan 35 persen lainnya mengalami stress (perasaan tertekan) tingkat menengah hingga tingkat parah.

Lebih mengherankan lagi, peneliti asal Australia itu mengungkap orang-orang yang dilibatkan dalam penelitiannya ternyata berpendidikan tinggi. Kebanyakan mereka keranjingan chatting, melakukan aktivitas seksual via kamera komputer, mengunduh video dan gambar, atau mengirimkan email-email porno. Hampir 12 jam mereka habiskan setiap pekannya untuk kegiatan birahi maya yang merusak mental mereka itu.
Menurut penelitian yang melibatkan 1.325 orang Amerika dan Australia itu menunjukkan bahwa semakin banyak mereka melampiaskan hasrat seksual melalui internet, semakin tinggi tingkat depresi dan rasa khawatir mereka.

Kesehatan mental ternyata sangat terkait erat dengan kesehatan tubuh. Bahkan gangguan jiwa seperti depresi dan rasa khawatir dapat memperbesar serangan penyakit mematikan seperti gangguan jantung. Demikian temuan salah seorang ilmuwan asal McGill University dan Universiti de Montrial, Kanada.
Sebagaimana dilaporkan Sciencedaily.com dengan judul Depression And Anxiety Can Double Chances Of Heart Ailments (Depresi dan Rasa Khawatir Dapat Melipatgandakan Kemungkinan Berpenyakit Jantung), rasa khawatir dan depresi parah dapat mengakibatkan kemungkinan gangguan jantung yang berulang-ulang pada pasien yang menderita penyakit arteri koroner.

Apa yang dikemukakan oleh para peneliti itu ternyata tidak menjadi peringatan bagi kaum perusak moral lewat tayangan-tayangan maksiat di alam maya. Justru mereka terus menggencarkan program-programnya dengan lebih agresif dan lebih luas jangkauannya. Gambar-gambar yang merusak agama kini bisa dinikmati, termasuk kalangan anak-anak, melalui internet dengan harga yang sangat murah.
Mengutip Charterz (seorang peneliti) dalam masalah ini, di antaranya ia berkata: Sesungguhnya pembangkitan syahwat dan penayangan gambar-gambar porno, di mana sang bintang film menanamkan rasa senang dan membangkitkan syahwat bagi kalangan anak-anak dan remaja itu amat sangat berbahaya.

Bagaimanapun, sesungguhnya, kalau ada anak yang ketagihan mengonsumsi situs porno agaknya linear dengan sikap cuek sebagian besar orang tua sekarang yang terkadang tidak sadar bahwa anak-anak mereka sering melihat pornografi di internet. Orang tua sejatinya tidak boleh lepas tangan dan tertipu oleh keasyikan anak mengembara di dunia maya dan menghabiskan waktu di depan komputer karena mengira sang anak sedang memakai jasa internet untuk hal-hal yang bermanfaat.

MEMOTIVASI BELAJAR ANAK

Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.

Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.

Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:

* Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
* Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
* Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
* Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
* Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.


Stimulus motivasi belajar
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

* Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
* Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.


Tips-tips meningkatkan motivasi belajar
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.

Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:

* Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.

Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.

Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.
* Belajar apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
* Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.

Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.

Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

Thursday, June 17, 2010

CARA MENDISIPLINKAN ANAK TANPA KEKERASAN

CARA MENDISIPLINKAN ANAK TANPA KEKERASAN


Data Komnas PA menunjukkan, kekerasan pada anak tidak mengenal strata sosial. Di kalangan menengah ke bawah, kekerasan pada anak dipicu oleh faktor ekonomi. Di kalangan menengah ke atas dipicu oleh ambisi orangtua untuk menjadikan anaknya yang terbaik. Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari.

Memang benar. Disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang. Karena itu mendisplinkan anak sejak dini merupakan pilihan tepat dalam menunjang keberhasilan orang tua mendidik anak. Lalu, bagaimanakah cara mendisiplinkan anak ‘tanpa kekerasan’?

Semoga 10 tips di bawah dapat membantu Anda.

1. Disiplinkan Anak dengan Kalimat Halus Tetapi Tegas. Tak sedikit orang tua mudah terpancing emosi dan berteriak kasar saat mendapati anak tidak segera melakukan apa yang diperintahkan. Padahal Anda sudah berkata berkali-kali. Keadaan ini biasa terjadi di pagi hari sekolah. Orang tua disibukkan mengurus anak untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Dari membangunkan, shalat Subuh, mandi, sarapan, hingga berpakaian. Semuanya menjadi rutinitas yang harus dihadapi, kecuali hari libur. Bila Anda kerap mendisiplinkan anak dengan kasar, maka kelelahan fisik dan hati akan terjadi. lama kelamaan Anda pun akan menjadi sosok orang tua yang ‘killer’ di mata anak. Padahal dalam situasi demikian, Anda dapat berlutut agar sama tinggi dengan anak, pegang bahunya, tatap matanya dengan penuh kasih sambil berkata; missal, “Ibu ingin kamu sarapan sebelum berangkat sekolah supaya tidak lapar ketika belajar nanti. Lihat! Ibu sudah bikin nasi goreng enak pake ceplok mata sapi…mooo…!”

2. Pastikan Diri Anda Tenang dan Selalu Menjaga Ketenangan Diri.Bila Anda dalam kondisi marah, gemas, dan ingin mencubit ataupun menjewer…tenangkan diri secepatnya. Tarik nafas dalam-dalam sambil beristighfar. Jika diperlukan, masuklah ke dalam kamar lalu duduk untuk menetralisasi emosi. Jika emosi masih memuncak, berwudlulah. Jika emosi masih tersisa, shalatlah. Insya Allah emosi dan kemarahan Anda surut. Demikianlah Rasulullah mengajarkan ummatnya.

3. Buatlah Peraturan dan Konsistenlah.Akan lebih baik bila setiap orang tua membuat dan memberlakukan peraturan yang jelas dan tegas kepada setiap anak. Dengan begitu, anak akan berlajar disiplin sejak dini. Misal; mandi 2 kali sehari, makan duduk dengan tangan kanan, pulang sekolah ganti seragam dengan pakaian rumah, dll. Setelah Anda membuat peraturan, upayakan untuk selalu konsisten. Sekali saja Anda menunjukkan ketidakkonsistenan, maka anak akan menganggap Anda sebagai orang tua yang mudah berubah (kurang tegas). Hal itu akan menyulitkan Anda sendiri.

4. Ajak Anak untuk Memahami dan Menjalankan Konsekuensi.Pastikan bahwa Anda telah berhasil memberi pemahaman pada anak tentang seluruh aturan yang telah dibuat dan diberlakukan. Jika Anda mendapati anak melanggar peraturan, segeralah koreksi. Beri tahu anak akan kesalahannya. Berikan tugas lain sebagai konsekuensinya. Ajak anak untuk memahami bahwa segala perbuatan yang melanggar aturan, pasti ada konsekuensinya. Namun perlu diingat : jangan memberi konsekuensi dengan hal-hal yang berdampak negatif. Misalnya : saat anak melanggar peraturan, Anda memberi konsekuensi dengan meminta anak membaca buku di kamar. Membaca adalah kegiatan yang baik dan bermanfaat. Bila sampai anak mempunyai persepsi bahwa membaca adalah hukuman, maka bisa jadi anak Anda akan menjadikan membaca sebagai ‘momok’

5. Berikan Anak Pilihan.Anda juga bisa memberi pilihan pada anak sebagai konsekuensi. Misalnya ; saat anak meniup terompet di dalam rumah keras-keras hingga memekakkan telinga. Minta anak memilih : “Sayang, tiupan terompetmu membuat ibu pusing. Bisakah berhenti? Atau kamu bermain di halaman?” Bila anak tetap meniup terompet, gegas gandeng anak menuju halaman dengan lembut dan penuh kasih. Insya Allah, kelembutan dan kasih sayang orang tua akan melembutkan hati anak.

6. Beri Kesempatan Anak Berargumentasi. Jika suatu saat Anda mendapati anak melanggar peraturan, jangan langsung menjadikannya sebagai terdakwa. Cobalah Anda untuk bertanya dan mau mendengar argumentasinya. Sehingga anak benar-benar memahami apapun yang dilakukannya. Kalau ternyata ia tidak mengerti bahwa itu salah, beri tahu kesalahannya. Dengan begitu, Anda telah membangun kepribadian dan logika berpikir anak. Anak akan memahami mana yang baik dan mana yang kurang baik. Mana yang benar dan mana yang salah. Banyak orang tua yang hanya melarang ini itu kepada anak tanpa memberi penjelasan. Sehingga yang anak tahu bahwa ia disalahkan. Namun ia tidak tahu mengapa ia salah dan bagaimana yang benar.

7. Jangan Libatkan Diri untuk Konflik dengan Anak. Tak sedikit orang tua yang mudah terpancing kemarahan karena sikap anak yang melawan, tidak mau dinasihati, marah dan bersikap tidak sopan. Jangan libatkan diri Anda untuk konflik dengan anak. Saat terlihat anak kian tak terkendali, beri dia waktu untuk sendiri. Pergilah ke ruangan lain dengan sebelumnya ucapkan dengan lembut, “Datanglah ke ibu, kalau kamu sudah siap untuk minta maaf atas sikap tidak sopan kamu tadi.” Jangan dekati anak, sebelum ia minta maaf dan menyadari kesalahannya. Dengan begitu, anak akan berpikir, menyadari kesalahannya, dan meminta maaf.

8. Pahami Kegiatan Anak.Kerap orang tua menyuruh anak secara tiba-tiba. Tanpa mau mengerti sedang apakah anak saat itu. Bisa saja anak sedang asyik bermain, membaca atau kegiatan lain. Walhasil, anak akan menolak dan berusaha menunda perintah hingga memancing emosi orang tua. Akan lebih baik, Anda mau sedikit bijaksana. Pahami kegiatan anak seblum Anda menyuruh sesuatu. Misalnya: ketika Anda meminta anak ganti baju seragam. Sementara kelihatan anak sedang asyik bermain ular tangga yang baru dibeli dari sekolah. Ajaklah anak bicara dengan logis. “Sayang, sekarang jam 1 kurang 10 menit. Lima menit lagi ya.” Kalau anak menjawab, “Sebentar dong Bu, lagi asyik nih.” Katakan pada anak, “Oke. Pilih 5 menit atau 10 menit?” Anak memilih, “10 menit, Bu.” Katakan, “Baik. Sekarang ibu mau ke dapur. 10 menit lagi ibu datang ya.”

9. Kenali dan Pahamilah Tahapan Perkembangan Anak yang Benar.. Sebagai orang tua, lazimnya Anda memahami setiap tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya. Sehingga Anda tidak salah dalam menentukan sikap dan peraturan di rumah. Misalnya, Anda bersungut kesal menghadapi anak 3 tahun yang tengah melempari semua benda yang ada di sekelilingnya. Anda langsung memarahi anak sambil mengucap, “Anak nakal!”. Sontak anak merasa terkejut menghadapi kemarahan Anda. Padahal sebenarnya ia sedang bergembira melihat benda-benda yang dilemparnya. Itu terjadi karena ketidaktahuan orang tua terhadap tahapan perkembangan anak. Maka, mulailah untuk terus mengupdate pengetahuan Anda demi keberhasilan dan kebaikan anak dan masa depannya.

10. Lakukan Refreshing untuk diri Anda. Orang tua yang sibuk bekerja dari pagi hingga malam, akan mudah terpancing emosi dan kemarahannya. Ayah yang harus bekerja di kantor. Juga ibu yang harus mengurus seluruh pekerjaan di rumah. Terlebih tanpa adanya pembantu. Kondisi tersebut menyebabkan ayah dan ibu menjadi lelah fisik dan psikis. Ada baiknya Anda meluangkan waktu untuk refreshing. Misalnya; membaca, olah raga, melukis atau hobi Anda yang lain.

Salam bahagia.

Yth. Bapak Ibu wali murid. Disini saya menyediakan kolom blok yang bisa digunakan oleh bapak ibu sekalian untuk mengkonsultasikan putra-putrinya jika mengalami kesulitan belajar, khususnya pelajaran bahasa Inggris. Disini kita bisa diskusi atau skedar menanyakan perkembangan putra putri Bapak Ibu sekalian